MATERI 1
KONSEP KETUHANAN DALAM
ISLAM
1.
Filsafat ketuhanan dalam islam
Dari
bahasa yunani philien atau philio (bijaksana atau kebenaran) shopos atau shopia
(cinta atau pintar) berarti filsafat adalah
pengetahuan tentang kebijaksanaan atau kebenaran.
Kegiatan berfilsafat adalah merenung, berfikir secara
mendalam dan radikal, sistematis serta universal (hakekat & makna). Hasil
pemikiran filsafat berupa filosofi menjadi filosuf. Didalam al-Quran dijelaskan
filsafat merupakan ulul Albab
-Dr
Danial Zainal Abidin
Ulul
albab ialah golongan yang menggunakan akal dengan sempurna bagi mengkaji
sehingga mampu meletakkan segala perkara pada perspekitf yang betul. Mereka
mementingkan zikir dan fikir. Dalam konteks ini mereka suka mengkaji
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan kejadian alam, mereka mengingati Allah
sambil berdiri ataupun baring.
2.
Siapakah Tuhan?
Tuhan
adalah dalam Asmaul-husna berart sang pencipta alam. Yang maha satu (Esa)
adalah sumber dari alam dan sumber dari segala yang ada.
3.
Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
Difinisi :
Pemikiran Manusia di sini adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran manusia baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman bathin.
Pemikiran Barat
Teori Ketuhanan dalam pemikiran barat berangkat dari teori Evolusionisme yang pada awal mulanya dikemukakan oleh Max Muller, EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens.
Menurut teori ini konsep Ketuhanan berangkat dari kepercayaan :
a. Dinamisme
Yaitu pola kepercayaan manusia terhadap adanya kekuatan yang maha dasat yang berpengaruh dalam kehidupan. Kekuatan tersebut diyakini bersemayam dalam benda-benda.
B. Animisme
Pola kepercayaan masyarakaat terhadap roh gaib yang diyakini memiliki peran besar dalam kehidupan manusia.
C. Politeisme
Pola kepercayaan terhadap dewa-dewa
D. Henoteisme
Pola kepercayaan yang diusung atas motif ketidak puasan atas keberadaan dewa-dewa yang jumlahnya banyak sehingga diperlukan pengkultusan terhadap beberapa dewa saja
E. Monoteisme
Konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan
Pemikiran Manusia di sini adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran manusia baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman bathin.
Pemikiran Barat
Teori Ketuhanan dalam pemikiran barat berangkat dari teori Evolusionisme yang pada awal mulanya dikemukakan oleh Max Muller, EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens.
Menurut teori ini konsep Ketuhanan berangkat dari kepercayaan :
a. Dinamisme
Yaitu pola kepercayaan manusia terhadap adanya kekuatan yang maha dasat yang berpengaruh dalam kehidupan. Kekuatan tersebut diyakini bersemayam dalam benda-benda.
B. Animisme
Pola kepercayaan masyarakaat terhadap roh gaib yang diyakini memiliki peran besar dalam kehidupan manusia.
C. Politeisme
Pola kepercayaan terhadap dewa-dewa
D. Henoteisme
Pola kepercayaan yang diusung atas motif ketidak puasan atas keberadaan dewa-dewa yang jumlahnya banyak sehingga diperlukan pengkultusan terhadap beberapa dewa saja
E. Monoteisme
Konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan
Seorang
manusia manifestasi dari rasa kebutuhan akan sesuatu yang berkuasa yang berada
di luar dirinya, tertutama dalam kondisi genting dari itu manusia perlu
mempunyai kepercayaan akan adanya tuhan. Para antropolog barat modernpun
menyebutkan bahwa kata yang paling banyak dimiliki oleh berbagai bahasa di
dunia adalah kata Tuhan
4.
Tuhan Menurut Agama-agama
A artinya Tidak
Gama artinya kacau
Orang
kafir mencari keberadaan tuhan dengan melalui panca-indera dan hawa nafsu.
Mereka hanya mementingkan hawa nafsunya, menggunakan hawa nafsunya untuk jalan
hidupnya di dunia. Berbeda dengan orang yang beriman. Cara mereka melakukannya
adalah dengan menafakuri alam semesta beserta segala keindahan, kerapihan, dan
kedahsyatannya, serta menggabungkan isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an.
5.
Pembuktian wujud tuhan
Fitrah
manusia sangat membutuhkan eksistensi akan sesuatu yang diluar dirinya. Dan
dalam indra manusia bahwa keberadaan panca indra manusia dan apa yang dapat di
indrai oleh kelima indera tersebut menjadi dalil bagi keberadaan dan kebesaran
penciptanya. Dalam akal manusia
keberadaan sesuatau menunjukan adanya yang menciptakan. Dalil-dalil lainpun dijelaskan
dalam Al-Quran.
Keberadaan Alam Semesta Raya
Kita semua sepakat bahwa segala sesuatu yang ada (kecuali Tuhan) pasti ada yang menciptakan alias ada awal dan akhirnya.
Dalam pandangan Islam Alam semesta raya ini pun membuktikan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana dalam al-Qur’an S. al-Baqarah:22 dinyatakan “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui ”
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam “
Kita semua sepakat bahwa segala sesuatu yang ada (kecuali Tuhan) pasti ada yang menciptakan alias ada awal dan akhirnya.
Dalam pandangan Islam Alam semesta raya ini pun membuktikan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana dalam al-Qur’an S. al-Baqarah:22 dinyatakan “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui ”
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam “
MATERI 2
AGAMA ISLAM : ARTI DAN
RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM
Surat Al-Baqarah ayat 1-5
Artinya :
Alif
laam miim.
Tafsir
Sebagai Alif-lam-mim ini
satu tafsir dari Ibnu Abbas menerangkan bahwa ketiga huruf itu adalah isyarat
kepada tiga nama: Alif untuk nama Allah; Lam untuk Jibril dan Mim untuk Nabi
Muhammad s.a.w. Dan tafsir Ibnu Abbas juga mengatakan arti Alif-Lam-Ro ialah
Alif berarti Ana, yaitu aku, Lam berarti Allah dan Ra berarti Ara menjadi
(Anal-Lahu-Ara): Aku adalah Allah, Aku melihat. Demikianlah setiap huruf-huruf
itu ada tafsirnya belaka menurut riwayat yang dibawakan orang daripada Ibnu
Abbas.
Artinya :
Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Tafsir
nilah dia kitab Allah
itu. Inilah dia al-Qur'an, yang meskipun seketika ayat ini diturunkan belum
merupakan sebuah naskah atau mushhaf berupa buku, namun setiap ayat dan Surat
yang turun sudah mulai beredar dan sudah mulai dihapal oleh sahabat-sahabat
Rasulullah; tidak usah diragukan lagi, karena tidak ada yang patut diragukan.
Dia benar-benar wahyu dari Tuhan, dibawa oleh Jibril, bukan dikarang-karang
saja oleh Rasul yang tidak pandai menulis dan membaca itu. Dia menjadi petunjuk
untuk orang yang ingin bertakwa atau Muttaqin.
Artinya :
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.
Tafsir
Percaya pada yang ghaib.
Yang ghaib ialah yang tidak dapat disaksikan oleh pancaindera; tidak nampak
oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, yaitu dua indera yang utama dari
kelima (panca) indera kita. Tetapi dia dapat dirasa adanya oleh akal. Maka yang
pertama sekali ialah percaya kepada Allah, zat yang menciptakan sekalian alam,
kemudian itu percaya akan adanya hari kemudian, yaitu kehidupan kekal yang
sesudah dibangkitkan dari maut.
Iman yang berarti percaya , yaitu pengakuan hati yang terbukti dengan perbuatan yang diucapkan oleh lidah rnenjadi keyakinan hidup. Maka iman akan yang ghaib itulah. tanda pertama atau syarat pertama dari takwa tadi.
Iman yang berarti percaya , yaitu pengakuan hati yang terbukti dengan perbuatan yang diucapkan oleh lidah rnenjadi keyakinan hidup. Maka iman akan yang ghaib itulah. tanda pertama atau syarat pertama dari takwa tadi.
Artinya :
dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.
Tafsir
Niscaya baru sempurna
iman itu kalau percaya kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s. a.w
sebagai iman dan ikutan. Percaya kepada Allah dengan sendirinya pastilah
menimbulkan percaya kepada peraturan-peraturan yang diturunkan kepada Utusan
Allah, lantaran itu percaya kepada Muhammad s.a.w itu sendiri, percaya kepada
wahyn dan percaya kepada contoh-contoh yang beliau bawakan dengan sunahnya,
baik kata-katanya, atau perbuatannya ataupun perbuatan orang lain yang tidak
dicelanya. Dengan demikianlah baru iman yang telah tumbuh tadi terpimpin dengan
baik.
.
Artinya :
Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.
Tafsir
Berjalan menempuh hidup,
di atas jalan Shirothol Mustaqim, dibimbing selalu oleh Tuhan, karena dia
sendiri memohonkanNya pula, bertemu taufik dengan hidayat, sesuai kehendak diri
dengan ridha Allah, maka beroleh kejayaan yang sejati, menempuh suatu jalan
yang selalu terang benderang, sebab pelitanya terpasang dalam hati sendiri;
pelita iman yang tidak pernah padam.
Al-Imran ayat 190-192
Artinya :
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Tafsir
Pada
ayat yang terdahulu telah diterangkan bahwa Allah adalah yang mempunyai
kerajaan
langit dan bumi; berarti tidak ada satupun yang tidak berada dalam kekuasaan
Allah;
maka
orang-orang yang beriman senantiasa membuktikan keimanan mereka dengan
mengagungkan,
memuliakan dan menta'ati Allah; tidak seperti orang-orang kafir yang tenggelam
dan
hanyut dalam kesenangan hidup duniawi yang menipu dan memperdaya. Selanjutnya
diterangkan
pula bahwa orang-orang beriman memanfa'atkan akal fikiran yang ada pada mereka
dengan
memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah dalam penciptaan alam semesta,
tujuannya
adalah
supaya lebih hebat lagi dalam mengagungkan dan memuliakan Allah, Allah
berfirman:“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”,(190)
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
Tafsir
Pada
ayat berikutnya diterangkan tentang sifat Ulil-Albab tersebut; yaitu mereka
yang
senantiasa
berzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, berfikir untuk memahami hikmah
disebalik
penciptaan langit dan bumi, lalu memohon kepada Allah sebagai Zat yang akan
menyelamatkan
mereka dari perkara buruk yang amat mereka takuti, Allah berfirman: “(yaitu)
orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami,
tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami
dari
siksa
neraka”.(191)
Artinya :
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun.
Tafsir
Pada
ayat berikutnya pula diterangkan tentang pengharapan Ulil Albab yang begitu
besar
kepada
Allah sehingga mereka betul-betul terselamat dari kancah api neraka, Allah
berfirman:
“Ya
Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh
telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun”.(192)
Ayat ini sebagai menerangkan permohonan yang tidak henti-henti dari Ulil
Albab
sebagai hamba-hamba yang sangat bergantung kepada kasih-sayang Allah; mereka
sangat
takut
sekali kepada api neraka yang akan membuat mereka menjadi orang-orang yang
hina,
mereka
menyadari bahwa hanya Allah yang akan menolong mereka dari balasan buruk di
akhirat
kelak,
karena mereka mengetahui bahwa Allah-lah satu-satunya Penguasa di hari
pembalasan.
Surat Al-Baqarah ayat 155-158
Artinya :
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.
Tafsir
Ujian adalah sunnah ilahi yang pasti, yang
mencakup seluruh manusia. Akan tetapi tidak sama ujian yang diberikan kepada
seluruh manusia. Karena Allah akan menguji seseorang, sesuai dengan kadar
fasilitas dan potensi yang diberikan oleh Allah kepadanya. Mungkin bagi sebagian
orang, krisis keuangan dan ekonomi merupakan ujian untuk diketahui apa yang
akan meraka lakukan jika menghadapi kesulitan seperti itu. Sementara itu,
sebagian orang lain merasa bahaya yang mengancam nyawa seperti keikutsertaan
di dalam medan perang, merupakan ujian bagi mereka untuk diketahui seberapa
besar mereka memiliki kesiapan.
Tentu saja ujian-ujian ilahi dilakukan bukan dengan tujuan agar Allah mengetahui diri kita. Karena Allah lebih mengetahui diri kita dari pada diri kita sendiri, tanpa ujian apa pun terhadap kita. Akan tetapi tujuannya ialah agar kita mengetahui diri kita sendiri; dan agar kita menumbuhkan potensi-potensi yang ada di dalam diri kita sendiri, serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak menerima pahala ilahi sekaligus menjauhi hukuman-Nya.
Banyak sifat-sifat baik manusia, seperti kesabaran, qana'ah (merasa cukup), takwa dan pengorbanan akan muncul dan menampakkan sinarnya ketika seseorang menghadapi kesulitan-kesulitan sehingga dengan itu manusia akan mengembangkan serta meningkatkan kekuatan jiwanya.
Tentu saja ujian-ujian ilahi dilakukan bukan dengan tujuan agar Allah mengetahui diri kita. Karena Allah lebih mengetahui diri kita dari pada diri kita sendiri, tanpa ujian apa pun terhadap kita. Akan tetapi tujuannya ialah agar kita mengetahui diri kita sendiri; dan agar kita menumbuhkan potensi-potensi yang ada di dalam diri kita sendiri, serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak menerima pahala ilahi sekaligus menjauhi hukuman-Nya.
Banyak sifat-sifat baik manusia, seperti kesabaran, qana'ah (merasa cukup), takwa dan pengorbanan akan muncul dan menampakkan sinarnya ketika seseorang menghadapi kesulitan-kesulitan sehingga dengan itu manusia akan mengembangkan serta meningkatkan kekuatan jiwanya.
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun".
Tafsir
Melanjutkan ayat sebelumnya, yang
menyatakan adanya kabar gembira berupa kemenangan bagi orang-orang yang sabar,
ayat ini menyebutkan sebagian ciri-ciri orang yang sabar. Disebutkan bahwa
orang yang benar-benar penyabar adalah orang yang dalam menerima musibah dan
kesulitan, bukannya berputus asa, tetapi ia tetap berharap dan optimis
terhadap rahmat Allah.
Seseorang yang menyadari bahwa ia berasal dan selalu bergantung kepada Allah, Tuhan yang ia yakini telah mengendalikan alam jagat raya ini berdasarkan rahmat dan hikmah, maka pada pandangannya, segala sesuatu itu adalah indah. Ia akan memandang kehidupan dunia ini dengan penuh optimisme dan kebahagiaan. Pada dasarnya, dunia bukanlah tempat tinggal selamanya. Bukan pula tempat untuk bersantai dan bersenang-senang. Dunia adalah medan ujian dan berbagai kesulitan yang kita hadapi di dalamnya adalah bahan-bahan ujian tersebut. Jadi, kesulitan dan musibah ini, bukannya menunjukkan kekejaman Allah terhadap hamba-hambaNya, tetapi merupakan wasilah dan perantara untuk menggerakkan dan membuat manusia terus berusaha mencapai kesempurnaannya.
Akan tetapi manusia terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok dalam menghadapi musibah. Sekelompok manusia, merupakan orang yang memiliki sedikit kesabaran, selalu berkeluh-kesah. Kelompok lain terdiri dari orang yang penyabar, dimana sebagai ganti ucapan-ucapan kufur dan keluh-kesah terhadap Allah, mereka menyatakan berlindung kepada Allah. Sementara kelompok lain pula, mereka bahkan bersyukur menghadapi ujian-ujian berat itu. Karena mereka yakin bahsa semua itu adalah pemberi kesempatan kepada mereka untuk mencapai kedudukan yang lebih mulia di sisi Allah Swt.
Seseorang yang menyadari bahwa ia berasal dan selalu bergantung kepada Allah, Tuhan yang ia yakini telah mengendalikan alam jagat raya ini berdasarkan rahmat dan hikmah, maka pada pandangannya, segala sesuatu itu adalah indah. Ia akan memandang kehidupan dunia ini dengan penuh optimisme dan kebahagiaan. Pada dasarnya, dunia bukanlah tempat tinggal selamanya. Bukan pula tempat untuk bersantai dan bersenang-senang. Dunia adalah medan ujian dan berbagai kesulitan yang kita hadapi di dalamnya adalah bahan-bahan ujian tersebut. Jadi, kesulitan dan musibah ini, bukannya menunjukkan kekejaman Allah terhadap hamba-hambaNya, tetapi merupakan wasilah dan perantara untuk menggerakkan dan membuat manusia terus berusaha mencapai kesempurnaannya.
Akan tetapi manusia terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok dalam menghadapi musibah. Sekelompok manusia, merupakan orang yang memiliki sedikit kesabaran, selalu berkeluh-kesah. Kelompok lain terdiri dari orang yang penyabar, dimana sebagai ganti ucapan-ucapan kufur dan keluh-kesah terhadap Allah, mereka menyatakan berlindung kepada Allah. Sementara kelompok lain pula, mereka bahkan bersyukur menghadapi ujian-ujian berat itu. Karena mereka yakin bahsa semua itu adalah pemberi kesempatan kepada mereka untuk mencapai kedudukan yang lebih mulia di sisi Allah Swt.
Artinya :
Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tafsir
Ayat ini menjelaskan bentuk pahala yang
diturunkan kepada orang-orang yang sabar yaitu berkah dan rahmat Allah yang
merupakan sumber penjagaan dan perlindungan mereka terhadap segala bentuk
penyimpangan dan kesesatan. Dan memang mereka itulah orang-orang yang benar-benar
memperoleh petunjuk. Meskipun seluruh makhluk di alam ini tercakup dalam
rahmat dan karunia ilahi, tetapi rahmat yang diberikan kepada orang-orang yang
sabar ini adalah rahmat dan berkah khusus serta istimewa untuk orang-orang
tertentu.
Artinya :
Sesungguhnya
Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
kebaikan lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
Ibadah haji yang bermula sejak zaman Nabi
Ibrahim as dalam masa yang cukup panjang dicampuri dengan berbagai khurafat
oleh manusia-manusia jahil dan penyembah berhala. Islam memperbaiki dan
memurnikannya kembali dengan memelihara prinsip ibadah agung ini.
Di antara ibadah haji adalah Sa'i antara Shafa dan Marwah, yaitu pulang pergi antara kedua bukit yang terletak di samping Majidil Haram. Akan tetapi, para penyembah berhala memasang berhala-berhala di atas kedua bukit ini dan bertawaf mengitari berhala-berhala tersebut tatkala melakukan Sa'i lantaran persoalan ini, dan mereka mengira tidak boleh melakukan Sa'i antara keduanya. Karena sebelumnya pernah diletakkan berhala di atas kedua bukit tersebut.
Namun Allah Swt melalui ayat yang diturunkan ini mengingatkan bahwa dua bukit ini merupakan tanda kekuasaan ilahi dan mengingatkan kepada kenangan pelopor haji, yaitu Nabi Ibrahim as. Jika manusia-manusia jahil mencampuradukkannya dengan hal-hal syirik. kalian tidak boleh melepaskannya dan mengosongi gelanggang itu, bahkan kalian harus mencegah para pengyinmpang dari sana dengan kehadiran kalian.
Tatkala Nabi Ibrahim datang ke Mekah bersama isteri dan puteranya Ismail, untuk melaksnakan tugas ilahi, ia tinggalkan mereka di dataran tandus ini dengan pasrah kepada Allah lalu pergi. Ibu Ismail berlari-lari mencari air di antara kedua bukit itu. Pada kondisi tersebut, Allah Swt memancarkan sebuah mata air dari bawah jari-jari bayi Ismail yang diberi nama "Zam-zam".
Sejak saat itu melalui perintah Allah, setiap orang yang hendak berziarah ke Baitullah harus melakukan Sa'i antara kedua bukit ini, mengenang gerak lari Hajar antara Shafa dan Marwah serta memperingati berbagai pengorbanan ibu itu. Pelaksanaan ibadah ini merupakan tanda rasa syukur Allah atas usaha yang sungguh-sungguh dimana hal tersebut mengajar kita bahwa janganlah kita memikirkan pujian dan terima kasih manusia. Sebab Allah juga mengetahui perbuatan baik kita dan mensyukurinya.
Di antara ibadah haji adalah Sa'i antara Shafa dan Marwah, yaitu pulang pergi antara kedua bukit yang terletak di samping Majidil Haram. Akan tetapi, para penyembah berhala memasang berhala-berhala di atas kedua bukit ini dan bertawaf mengitari berhala-berhala tersebut tatkala melakukan Sa'i lantaran persoalan ini, dan mereka mengira tidak boleh melakukan Sa'i antara keduanya. Karena sebelumnya pernah diletakkan berhala di atas kedua bukit tersebut.
Namun Allah Swt melalui ayat yang diturunkan ini mengingatkan bahwa dua bukit ini merupakan tanda kekuasaan ilahi dan mengingatkan kepada kenangan pelopor haji, yaitu Nabi Ibrahim as. Jika manusia-manusia jahil mencampuradukkannya dengan hal-hal syirik. kalian tidak boleh melepaskannya dan mengosongi gelanggang itu, bahkan kalian harus mencegah para pengyinmpang dari sana dengan kehadiran kalian.
Tatkala Nabi Ibrahim datang ke Mekah bersama isteri dan puteranya Ismail, untuk melaksnakan tugas ilahi, ia tinggalkan mereka di dataran tandus ini dengan pasrah kepada Allah lalu pergi. Ibu Ismail berlari-lari mencari air di antara kedua bukit itu. Pada kondisi tersebut, Allah Swt memancarkan sebuah mata air dari bawah jari-jari bayi Ismail yang diberi nama "Zam-zam".
Sejak saat itu melalui perintah Allah, setiap orang yang hendak berziarah ke Baitullah harus melakukan Sa'i antara kedua bukit ini, mengenang gerak lari Hajar antara Shafa dan Marwah serta memperingati berbagai pengorbanan ibu itu. Pelaksanaan ibadah ini merupakan tanda rasa syukur Allah atas usaha yang sungguh-sungguh dimana hal tersebut mengajar kita bahwa janganlah kita memikirkan pujian dan terima kasih manusia. Sebab Allah juga mengetahui perbuatan baik kita dan mensyukurinya.
1.
Pengertian
atau deskrispsi agama
secara
Ethimologi agama berasal dari bahasa sansekerta A yang artinya TIDAK, GAMA artinya kacau. Agama berarti tidak kacau.
Dengan demikian orang yang beragama adalah orang yang tidak menginginkan
kekacauan dalam hidupnya. Dalam asing agama sering diistilahkan religi,
religious dan religie (belanda) yang artinya melaksanakan dengan teliti atau
perpadauan manusia dengan yang ghaib yang dilaksanakan secara seksama dan teratur.
Ada juga pendapat agama adalah kepercayaan untuk mengatur manusia dalam
ketertiban untuk mencapai kesempurnaan.
2.
Macam-macam
Agama
agama
Samawi =berasal dari tuhan (langit)
contonya
Islam, yahudi, kristen
agama
Non-Samawi = ciptaan manusia
contohnya
Hindu budha dll
3.
Kitab-kitab
suci
Agama
islam=Al-Qur’an
Agama
Nashrani= Injil
Agama
Yahudi= taurad
Agama
hindu=Tripitaka
Agama
Budha=wedha
4.
Struktur
Ajaran Islam
Arti
AD-DIIN (agama, Teratur). Seseorang yang memilih DIIN islam menyerahkan dirinya
untuk diatur oleh hokum islam
Arti
Islam
AI
ISTISLAAM pasrah dan Bersih
AS
SALIIM suci atau Bersih
AS
SALAAM selamat sejahtera
AS
SILMU kedamaian
5.
Karakter
seorang muslim
Bersih
dari syirik
Sarat
dengan atruran
Menghargai
akal
Menyuruh
pemeluknya berilmu
Memiliki
inisiatif (penemuan baru yang bermanfaat)
Mempersiapkan
bekal dunia-akhirat
Pergi
kedaerah lain untuk menambah wawasan
Bersyukur
atas nikmat
MATERI
3
KEIMANAN
DAN KETAQWAAN
Artinya :
Katakanlah:
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat
(pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
Tafsir
Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan
soal ancaman terhadap orang-orang Kafir dan para penentang Islam dengansiksaan
Allah Swt. Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Saw agar berbicara kepada mereka
dengan mengatakan,lakukan perbuatan apa saja yang kalian inginkan. Aku juga
akan melaksanakan perbuatan apapun yang telah diperintahkan Allah. Karena
secepatnya kita akan mengetahui perbuatan-perbuatan kita tersebut, bahkan
akibat dari perbuatan itupun akan kita atau kalian pertanggung jawabkan.
Ketahuilah bahwa para penjahat, pendosa dan penentang tidak akan memperoleh
kemenangan.
Dari ayat tadi terdapat dua
pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tolok ukur keberhasilan adalah
akhir dari perbuatan tersebut dan bukan apa yang dicapai hari ini. Karena
betapa banyaknya kebaikan serta kesenangan hidup yang diperoleh oleh umat
manusia berakhir dengan kejelekan dan malapetaka.
2. Mengarahkan masyarakat kepada
jalan Allah Swt, meskipun jumlah mereka banyak sekali, dan itu adalah tugas
kita yang tidak pernah berubah sama sekali. Kita harus bisa melaksanakan tugas
kita tersebut dengan baik dan kita juga harus tegas dalam menghadapi jalan yang
batil dan menyatakan jalan kebenaran kita!
Surat Al-Mujādila 58:11
Artinya :
Hai orang-orang
beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Tafsir
Ayat ini merupakan
pemberian adab dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya yang
mukmin, yaitu apabila mereka berkumpul dalam suatu majlis dan sebagian mereka
atau sebagian orang yang datang butuh diberikan tempat duduk agar diberikan
kelapangan untuknya. Hal itu, tidaklah merugikan orang yang duduk sedikit pun
sehingga tercapai maksud saudaranya tanpa ada kerugian yang diterimanya. Dan
balasan disesuaikan dengan jenis amalan, barang siapa yang melapangkan, maka
Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan memberikan kelapangan untuknya.
1.
Pengertaian
Iman
Iman secara bahasa
berarti membenarkan atau menyakini (Tashdiq). Menurut istilah adalah mengucapkan
dengan lisan, membenarkan dalam hati, mengamalkan dalam perbuatan. Iman adalah
sikap yang kondisi mentalnya menunjukan kecintaan dan kerinduan yang luar biasa
terhadap Allah dan rasulnya.
Para ulama
mendifinisikan iman dengan “Tasdikun Bil Qalbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu Bil
Arkan”
Dari hal ini maka sejatinya komponen penyusun keimanan adalah ;
a. Tasdikun Bil Qalbi (Meyakini dalam hati)
b. Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan/perkataan)
c. Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan)
Dari hal ini maka sejatinya komponen penyusun keimanan adalah ;
a. Tasdikun Bil Qalbi (Meyakini dalam hati)
b. Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan/perkataan)
c. Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan)
2.
Wujud
dari Iman
Mencintai Allah SWT dan
Rasul-Nya melebihi dari mencintai segala sesuatu termasuk dirinya sendiri (QS
9:24, 2:165)
3.
Proses
Terbentuknya Iman
a.
Ilmu.
Dengan meningkatkan ilmu tentang menganut Allah seperti memaknai dari nama-Nya dan
Sifat-Nya
b.
Merenugkan
ciptaan Allah SWT, kemudahan, keaneka-ragaman, dan kesempurnaannya
c.
Senatiasa
meningkatkan ketaqwaan dan meningkatkan senua larangannya.
4.
Tanda-tanda
orang yang beriman
a.
Jika
disebutkan Nama Allah SWT akan bergetar hatinya karena cinta dan takut
kepada-Nya (QS 8 :2)
b.
Mendirikan
salat dan menakahkan sebahagian rezekinya untuk fakir miskin dan anak yatim.
c.
Beriman
kepada rukun iman yang enam dengan keimanan yang sempurna.
d.
Dalam al-Qur’an S. Al-Anfal :2-3 dinyatakan bahwa
tanda-tanda orang beriman adalah :
- idza dzukkirallahu wujilat qulubuhum
- Idza tuliyat zadat imanuhum
- wa ala rabbihim ya tawakkalun
- yuqimunas sholah
- razaqnahum yungfiqun
- idza dzukkirallahu wujilat qulubuhum
- Idza tuliyat zadat imanuhum
- wa ala rabbihim ya tawakkalun
- yuqimunas sholah
- razaqnahum yungfiqun
5.
Korelasi
antara keimanan dengan ketaqwaan
a.
Kata
taqwa berasal dari waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
menganalisa, memahami, dan melindungi.
b.
Korelasi
adalah orang-orang yang mengamalkan dengan sungguh-sungguh semua ajaran islam
(Rukun Iman dan Rukun islam) dan memahami semua yang dilakuakannya.
6.
Hubungan
antar komponen ajaran islam
a.
Kontinuitas
(Berketerusan); wahyu dan nabi terakhir (QS 5:3, 33:40)
b.
Intergralitas
(sempurna dalam ajaran) 1. dasar (akidah)syahadat & rukun Iman, 2. Bangunan
(ibadah) Rukun Islam, Akhlak (syariat)
3. Puncak (Dakwah) Amar makruf Nahi munkar dan jihad
c.
Universalitas
(Sempurna dalam cakupan) seluruh aspek kehidupan) (QS 34:28, dan 21:107)
MATERI 4
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM
KEHIDUPAN MODERN
An-Nissa
ayat 103
Artinya :
Maka
apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Tafsir
1. Sedemikian
pentingnya nilai shalat berjamaah, sampai-sampai di medan perangpun tetap
dilaksanakan.
2. Dalam keadaan apa
pun senantiasa harus waspada, sampai dalam shalat pun kaum Muslimin tidak boleh
lengah dari bahaya musuh.
3. Penentuan waktu
khusus untuk shalat sudah ditetapkan di dalam syariat.
Umat Islam diminta untuk menjaga dan berpegang teguh
dengannya.
Surat Aţ-Ţūr ayat 1-6
Artinya :
Demi
bukit,
Tafsir
AlLah SWT membuka surah ini dengan
sumpah. DIA bersumpah dengan menggunakan ciptaan yang hebat. Adapun kita
dilarang & diharamkan sama sekali untuk bersumpah selain daripada
menggunakan nama AlLah SWT. Misal kita diharamkan bersumpah ‘demi matahari’
demi bulan, demi bunga dsb. Kita jika ingin bersumpah mestilah dengan lafaz
& kata ‘demi AlLah’
AlLah SWT bersumpah dengan gunung tapi bukan sebarang gunung melainkan Gunung Thursina. Gunung
Thursina mempunyai lagenda sejarahnya yang tersendiri. Gunung ini menjadi
tempat Nabi AlLah Musa AS berdialog langsung dengan AlLah SWT tanpa penterjemah
sama ada dari dalam kalangan jin atau manusia. Di sini juga tempat Nabi AlLah
Musa AS menerima wahyu.
Artinya :
dan
Kitab yang ditulis,
Tafsir
Seterusnya AlLah bersumpah dengan kitab yang pernah diturunkan-NYA buat
semua anbiya. Dengan bahasa mudah untuk difaham; semua kitab AlLah SWT itu
‘ditulis’-NYA sendiri. Semua kitab yang diturunkan kepada para nabi itu
tertulis dengan rapi; sama ada namanya Taurat, Injil, Zabur, al-Qur’an, &
Suhuf-suhuf. Ditulis untuk memudahkan seseorang itu membacanya, jika seseorang
itu tidak tahu menulis & membaca, dia boleh menghafal ayat-ayat al-Qur’an.
Untuk hari ini hanya al-Qur’an yang masih tertulis dalam teks asalnya
berbahasa Arab. Adapun kitab-kitab terdahulu sudah mengalami proses
pengubahsuaian sama ada dari segi isi atau bahasanya.
Taurat sudah ditukar namanya menjadi Talmud sementara Injil diubahsuai dengan
pelbagai versi Bible yang kandungannya bercanggah sesama sendiri.
Artinya :
pada
lembaran yang terbuka,
Tafsir
Semua kitab AlLah SWT
itu menjadi bacaan terbuka untuk manusia, bukan untuk bacaan golongan tertentu
sahaja, kerana dalam agama tiada hak eksekutif untuk orang-orang tertentu. Hal
ini disebabkan status manusia di sisi-NYA sama; iaitu hanya bertaraf hamba!
Jadi semua kita AlLah SWT itu untuk para hamba. Sebagai hamba kita berhak
membaca, seterusnya memahami apa yang dibaca, apabila sudah difaham apa yang
dibaca; kita mencuba sedaya yang ada untuk mengamalkan apa yang disuruh-NYA
& meninggalkan secara total & tuntas apa yang dilarang-NYA. Tidak
terhenti setakad beramal dengan kandungan kitab AlLah SWT, kita berperanan
menyebarluaskannya kepada kalangan manusia; sama ada kepada yang sudah Islam
atau kepada mereka yang belum terbuka hatinya kepada Islam. Untuk tahap
terakhir, kita berkewajipan untuk membela & mempertahankan kesucian &
kekudusan titah & perintah AlLah SWT yang tertera serta terpeta dalam
al-Qur’an.
Artinya :
dan
demi Baitul Ma'mur,
Tafsir
Seterusnya AlLah SWT menjadikan objek Baitul Makmur sebagai agenda
sumpah-NYA. Apakah yang dimaksudkan dengan Baitul Makmur? Di manakah dia?
Baitul Makmur ialah Kaabah kepada penduduk langit, adanya terletak di langit
ketujuh. Lokasinya betul-betul di atas Kaabah bumi. Kalaulah kita ada tangga
yang tinggi & diizinkan-NYA kita boleh sampai ke Baitul Makmur dengan
menaiki tangga tersebut.
Pada malam Isra’ & Mikraj Baginda Nabi Muhammad SAW telah melihat Baitul
Makmur ini dimasuki setiap hari oleh 70 000 malaikat. Ya Baitul Makmur ini
dimasuki 70 000 malaikat yang berlainan setiap sehari. Satu malaikat hanya
diizinkan sekali untuk memasukinya.
Artinya :
dan
atap yang ditinggikan (langit),
Tafsir
AlLah SWT menjadikan
langit sebagai agenda sumpah-NYA juga. DIA yang meninggikan langit tanpa tiang,
tanpa dinding, tanpa sandaran, tanpa apa-apa, DIA meninggikan langit dengan
kudrat & iradat-NYA, entah sudah berapa juta tahun. Tanpa retak. SubhanalLah.
Ilmu tentang berceritakan dulu bumi & langit hanyalah satu selepas itu
berlaku satu gegaran / letupan besar yang mengakibatkan langit & bumi
terpisah. Bagaimana AlLah SWT mengangkat & meninggikan langit ini samalah
dengan cara bagaimana DIA memasukkan besar kepada seorang bayi yang bari
dilahirkan. Walaupuin setiap saat kita perhatikan, kita tidak akan dapat
mengesan saat bilakan & jam berapa pula bayi beransur-ansur menjadi besar.
Semuanya terjadi di depan mata kepala kita dengan kudrat & iradat-NYA.
SubhanalLah.
Dan demi laut yang menyala-nyalakan api
Tafsir
Laut juga dijadikan objek untuk sumpah-NYA. AlLah SWT mengajarkan bahawa di
bawah laut itu terdapatnya api. Ya memang benar di bawah laut ada tanah &
di dalam kandungan tanah inilah adanya api yang sedang bernyala-nyala.
Lapisan yang mengandung api ini biasa dikeluarkan melalui gunung &
fenomena ini dipanggil gunung berapi. Manakala lapisan api yang dikeluarkan itu
dinamakan larva. Larva ini darjat kepanasannya jauh lebih panas berbanding
dengan api bakar yang diguna manusia untuk memasak & sebagainya.
Artinya :
Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Tafsir
Berita
yang dibawa oleh malaikat. Ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan
keagungan-Nya.
Artinya :
Yang
demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang.
1.
Seseorang yang benar-benar beriman,
mencintai Allah SWT & Rasul-Nya akan melahirkan manusia yang mampu
menegakkan tauhid yang akan menyatukan iman dan amal. Sebab konsep dari semua
ajaran islam adalah syarat mengandung nilai-nilai moderenisasi yang tentu akan
bersinersgi dengan baik apabila kita mampu menjalankan dan mengamalkan
perbuatan baik. Karena moderenisasi adalah hasil dari emikiran manusia berupa
iptek yang tentu tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT dan islam sangat
menghargai hasil dari pemikiran-pemikiran manusia yang tentunya untuk
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
2.
Nilai-nilai Modernisasi
Modernisasi secara bahasa berarti
baru (pembaharuan)
Modernisasi sangat erat kaitannya
dengan hasil pemikiran & penemuan manusia yang diberi akal, sehingga mampu
menciptakan iptek
3.
Kesesuian Ajaran islam dengan
Modernisasi
Contoh saja shalat. Dalam shalat di
ajarkan kita untuk disiplin, keindahan, ketentraman, dan sebelum shalat yaitu
wudhu. Dengan wudhu kita pastinya selalu bersih. Dan gerakan shalat yang baik
membuat kita sehat. Dan shalat merupakan Do’a bagi kita.
4.
Sejarah shalat
Peristiwa isra dan mi’raj. Dan
shalat merupakan titik terdekat penghambaan seorang hamba dengan sang khaliq.
Shata menjadi nikmat apabila tidak hanya menjadi kewajiban tetapi kebutuhan.
5.
Filosofi shalat
Dimensi social
Dimensi ekonomi
Dimensi hikim
Dimensi kesehatan
MATERI 5
KONSEP
MANUSIA
Al Hajj ayat 5
Artinya :
Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.
Tafsir
Pada
ayat ini Allah SWT. Menantang ornag-orang yang tidak percaya akan adanya hari
kiamat dan hari kebangkitan. Dalam ayat ini Allah mengemukakan bukti-bukti
adanya hari kebangkitan itu dengan mengemukakan dua macam dalil. Pertama ialah
dalil-dali yang berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua
dalil-dalil yang berhubngan dengan proses kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.
1.
Allha telah menciptakan manusia
pertama, yaitu adam as adalah dari tanah. Kemudian dari adam diciptakan
istrinya Hawa, dari kedua jenis ini berkembang biak manusia dalam proses yang
banyak. Dan dapat pula beratrti bahwa manusia diciptakan Allah berasal ari sel
mani, yaitu perkawinan sperma laki-laki dengan ovum didalam rahim wanita. Kedua
sel itu berasal dari darah, darh berasal dari makanan yang dimakan manusia.
2.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa
manusia itu berasal dari “nuftah “. Yang dimaksud dengan “ nuftah” ialah
setetes mani. Setetes mani laki-laki itu mengandung beribu-ribu sperma yang
tidak dapat dilihat dengan mata, tanpa menggunakan alat pembesar.
3.
Sperma dan ovum yang telah menjadi
satu itu bergabung pada dinding rahim si Ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal darah.
4.
Dari segumpal darah berubah menjadi
segumpal daging.
5.
Kemudian ada yang menjadi segumpal
daging yang sempurna, tidak ada cacad dan kekurangan pada permulaan
kejadiaannya, dan ada pula yang menjadi segumpal daging yang tidak sempurna.
Terdapat cacat dan kekurangan.
Surat Luqman ayat 14
Artinya :
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu
Tafsir
Menurut Al-Biqa’I, ayat 14 bagaikan menyatakan: Luqman
menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasihat kepadanya, padahal Kami telah
mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang dinasihatkannya
menyangkut hak Kami. Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa jika kita menyatakan
bahwa Luqman bukan seorang Nabi, maka ayat ini adalah sisipan yang sengaja
diletakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan mengesakan Allah
dan mensyukuri-Nya. Allah menggambarkan betapa Dia sejak dini telah melimpahkan
anugerah kepada hamba-hamba-Nya dengan mewasiatkan anak agar
berbakti kepada orang tuanya. Di ayat 14 tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi
lebih menekankan jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak
dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu berbeda dengan bapak. Di sisi lain,
“peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak lebih ringan dibanding dengan
peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian
oleh ibu.Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan
penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan
dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini
tidak langsung menyentuh anak, berbeda dengan peranan ibu.
Al-baqarah ayat 30
Artinya :
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Tafsir
a.
Posisi
dan kedudukan manusia di alam ini sangat tinggi, sebagaimana yang Allah
paparkan masalah tersebut di hadapan para Malaikat-Nya.
b.
Pengangkatan wakil dan pemimpin Ilahi, ada di tangan Allah.
c.
Penjelasan
topik-topik penting yang menimbulkan pertanyaan, dan pemberian jawaban bagi
soal-soal serta hal-hal yang belum jelas, adalah perbuatan yang sangat
berharga, sebagaimana yang Allah perbuat berkenaan dengan penciptaan manusia,
sehingga hilanglah ketidakjelasan dan keraguan para Malaikat.
d.
Pemimpin
dan khalifah Allah haruslah seorang yang adil bijaksana, bukan orang yang
fasik dan pembuat kerusakan. Oleh karena itu para Malaikat bertanya, bagaimana
mungkin manusia yang suka menumpahkan darah berperan sebagai wakil Allah di
bumi?
e.
Dalam membandingkan diri kita dengan orang
lain, hendaknya kita tidak melihat hanya segi-segi negatif dan titik-titik
kelemahan orang lain, dan melihat diri kita sendiri hanya dari segi-segi
positif, lalu kita tergesa-gesa mengambil kesimpulan.
f.
Ukuran
kemuliaan dan keutamaan bukan hanya ibadah. Akan tetapi diperlukan hal-hal
lain. Meskipun para Malaikat memiliki kelebihan dibanding dengan manusia dalam
hal ibadah kepada Allah, namun mereka tidak dipilih oleh Allah untuk menjadi
khalifah-Nya di bumi.
g.
Penyimpangan
dan kesesatan sejumlah manusia, tidak menghalangi perkembangan dan
kesempurnaan manusia-manusia yang lain. Meskipun Allah mengetahui bahwa
sekelompok manusia akan memilih jalan kesesatan, namun Allah tidak mencegah
penciptaan dan pengangkatan manusia sebagai khalifah-Nya.
1. Siapakah manusia itu?
Manusia adalah makhluk biologis, psikologis, dan sosiologis
yang dalam perilaku tunduk kepada Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT
melalui dua zat dasar yaitu ruh dan tanah. Manusia memiliki 3 potensi yaitu
hati, akal (ilmu) dan jasad (amal). Amanah manusia yaitu beribadah dan
khalifah. Dan jika melaksanakan amanah tersebut maka manusia akan mendapatkan
Jannah atau Naar.
2. Makna Manusia
a. Secara fisik manusia sama seperti
hewan yaitu membutuhkan makan, minum istirahat dan menikah (b.) Memilik emosi
(c.) Mempunyai rasa estetika yang tinggi (d.) Mempunyai dorongan menyembah
tuhan (e.)Mempunyai kekuatan yang besar karena di beri 3 potensi
3. Jenis manusia menurut Al-Quran
Yang menjalan amanah dan yang tidak menjalankan amanah
4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba
dan khalifatullah
a.
Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
Makna yang esensial dari kata abd’
(hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak
diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran
dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai
khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang
merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang
di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil
allah di muka bumi, serta pegolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti
wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang
mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena
itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim
adalah membentuk amal saleh.
MATERI 6
KONSEP HUKUM
DAN HAM
Al maidah ayat 32 & 38
Artinya :
Oleh
karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Tafsir
Sebelumnya telah diceritakan
mengenai peristiwa yang terjadi pada anak-anak Adam as. Dengan
demikian kita mengerti bahwa Qabil yang terbakar oleh api
dengki da hasud-nya tega membunuh
Habil saudaranya. Berkat petunjuk seekor burung gagak,
Qabil menguburkan saudaranya Habil dan akhirnya menyesali
perbuatannya itu. Allah Swt dalam ayat ini
mengatakan, "Setelah peristiwa ini, Kami telah menetapkan suatu
hukum bahwa membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh seluruh
manusia. Karena menyelamatkan kehidupan seorang manusia, sama dengan
menyelamatkan seluruh manusia dari kehancuran dan
malapetaka." Karena itu, al-Quran dalam ayat ini
menyinggung sebuah prinsip sosial dan
menegaskan, sebuah masyarakat bagaikan sebuah tubuh.
Sedangkan individu-individu masyarakat merupakan anggota tubuh
tersebu. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang
lainnya pun ikut merasakan sakit pula.
Membunuh manusia dalam Islam diperbolehkan
dalam dua hal; pertama, seorang pembunuh yang harus
menjalani hukum qishash yakni dibunuh, dan yang kedua mengenai seseorang yang
telah melakukan fasad, kejahatan dan kejelekan besar di dunia. Sekalipun
orang itu bisa saja tidak dibunuh, tetapi undang-undang Islam mewajibkan dia
membayar tebusan uang, dalam jumlah yang telah ditetapkan. Demikianlah
peraturan dan undang-undang semacam ini ditetapkan dalam Islam, dalam rangka
menjaga ketentraman hidup masyarakat luas.
Dari ayat tadi
terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nasib manusia sepanjang sejarah
memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan
mata rantai yang saling berhubungan. Karena
itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan
musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2. Nilai suatu pekerjaan
berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat,
merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang
pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan
masyarakat.
3. Mereka yang memiliki
pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para
dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah
masyarakat dari kehancuran.
Artinya :
Laki-laki yang
mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir
Mencuri adalah mengambil harta
orang lain yang terpelihara secara sembunyi-sembunyi tanpa keridhaannya. Ia
termasuk dosa besar karena hukumannya yang begitu buruk, yaitu dipotong
tangannya. Jika telah dipotong tangannya, maka tangannya dipanaskan dalam
minyak agar urat-urat tertutup sehingga darah berhenti. Keumuman pencurian yang
berlaku potong tangan di ayat tersebut dibatasi dengan beberapa hal berikut:
- Hirz, yakni pencurian dilakukan
dari tempat yang terjaga atau tersimpan secara uruf (kebiasaan yang berlaku),
jika mencuri bukan dari tempat yang terjaga, maka tidak berlaku potong tangan.
- Barang yang dicuri harus
mencapai nishabnya, yaitu 1/4 dinar atau 3 dirham atau senilai dengan salah
satunya, jika di bawah dari nilai ini, maka tidak berlaku potong tangan.
Yakni tangan kanannya dari kuu'
(pergelangannya atau sebelah bawah ibu jari). Jika melakukan lagi, maka
dipotong kaki kirinya dari persendian kakinya. Jika mengulangi lagi, maka
dipotong tangan kirinya, dan jika melakukan lagi, maka dipotong kaki kanannya.
Jika melakukan lagi, diberi hukuman ta'zir, seperti dengan dipenjara sampai
mati. Sekaligus sebagai pelajaran bagi para pencuri yang lain sehingga mereka
tidak jadi mencuri.
1.
Hukum
dalam bahsa Arab disebut syariat. Sedangkan secara ethimologi berarti jalan,
secara makna syariat berarti hokum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
sesama manusia, manusia dengan alam semesta.
2.
Ham
menurut islam
Beban yang sesuai dengan
kemampuan manusia, tujuan untuk kemashlatan manusia itu sendiri. Diberlakukan
secara adil bagi siapapun yang uslim
3.
Demokrasi
dalam islam
Prinsip bermusyawarah,
prinsip dlam Al-ijma (kesepakatan), berijtihad menggunaan akal untuk
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadits
4.
Prinsip
berijtihad dlam Islam
Tidak mutlak, berbeda-beda untuk setiap
keadaan, tidak boleh menyalahi Al-Qur’an dan As-Sunah
jika ada pertanyaan silahkan email
sandipurwiro@gmail.com
Comments
Post a Comment